Pemilu selalu dimottokan sebagai pesta demokrasi, pestanya rakyat. Pesta dimana rakyat diberi kebebasan dalam memilih wakil2nya demi memajukan negeri
indonesia. Memilih wakil2 dari partai politik untuk menyalurkan aspirasi mereka di Lembaga DPR dan DPRD. NAsib Negara Ada Di tangan RAkyat, Itulah yang
didengung2kan dari pesta ini.
NAmun, melihat kampanye2 terbuka yang diselenggarakan partai politik berupa panggung hiburan dan konvoi kendaraan, penulis merasa miris. WAlaupun dengan
maksud untuk menjaring simpati para calon pemilih a.k.a masyarakat, terutama rakyat kecil, hal ini dalam pelaksanaannya membuat penulis merasa demikian. Hal
ini karena dari 2 macam kampanye tersebut, rakyat berjoged ria, menggeber kendaraan bermotornya sebising2nya, mengibarkan bendera partai sekencang2nya
kekanan kiri, beramai2 bergembira bersama juru kampanye. Bagaikan berpesta. Pesta nan meriah pun gratis. Bahkan ada yang mengelu2kan sang ketua umum partai
sampai rela berjejal2an demi mendapat cium tangan beliau, "sang idola". Walaupun ada contoh pula ketika salah satu partai politik menggelar panggung hiburan,
para simpatisannya lebih memilih untuk mendengarkan lagu yang dibawakan sang artis ketimbang janji2 sang juru kampanye...
MEnurut penulis, daripada menggelar kampanye yang demikian, lebih baik berkampanye dengan cara lain yang lebih bermanfaat dan kreatif. Seperti mengunjungi
pasar2 sambil berdandan ala tokoh pewayangan untuk melihat warganya secara langsung. Berbagai macam cara masih banyak. Penulis lebih memberikan saran
mengenai berkampanye tidak hanya pada jatah kampanye yang diberikan menjelang pemilu, namun alangkah baiknya berkampanye dengan memberikan karya nyata selama
5 tahun sebelum pemilu. Dengan sering berkomunikasi dengan rakyat dalam waktu yang demikian longgar, bukan tidak mungkin akan mengurangi perasaan skeptis
pada rakyat yang perlahan2 mulai "cerdas" untuk tidak terlalu percaya janji2 manis para calon legislatif menjelang pemilu. Dan bukan tidak mungkin pula dapat
mengurangi jumlah golput. Partai politikpun tak perlu terlalu intensif dengan cara menggenjot target dalam waktu 3 minggu ini. PAra ketua umumnya pun tidak
perlu berkelana seluruh Indonesia dalam waktu yang demikian singkatnya. TAk perlu pula harus sikat sana sikat sini menjatuhkan lawan dalam berkampanye.
Katanya, Si beliau telah kembali demi rakyat..Emang abis dari mana sih selama ini..:-(
Menanggapinya, penulis pun kemarin melakukan pesta ala rakyat kecil biasa. PEsta, karena perasaan penulis saat melakukannya mirip dengan perasaan ketika
menikmati hidangan pesta nan lezat. Yang penulis lakukan adalah menggoreng telur ceplok kemudian menikmatiny dengan nasi putih hangat yang diramaikan oleh
sambal kecap bawang merah+tomat. Nyamm...Nikmat nian. Hati dan Lidah serasa berpesta. Tak perlu biaya besar. Tak perlu panggung meriah. Tak perlu kaus2 ,
poster, pin, stiker. Perut kenyang, hati senang, lidah pun bergoyang. Benar2 kenikmatan rakyat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar