Itulah judul dari salah satu artikel dalam rubrik Sajian Utama majalah SWA Sembada no 26/XXV/4 terbitan 17 Desember 2008 yang baru saja saya baca. Dalam artikel ini, dipaparkan analisis dan hasil survey majalah tersebut mengenai profil seorang marketer yang dibutuhkan perusahaan di jaman sekarang.
Dalam artikel ini, dibahas mengenai perilaku marketer atau pemasar di jaman yang serba canggih. Dengan derasnya arus media sosial, blog, milis, pasar dinamis, pemasar seperti apa yang dibutuhkan.
Disini diceritakan pula mengenai kebiasaan mereka yang berkecimpung dalam dunia pemasaran. Ada yang diceritakan kesibukannya yang tak henti karena daerah tanggung jawabnya adalah ASEAN. Hal ini mengharuskannya siap sedia 24/7 jika pekerjaan memerlukannya. Ada pula yang saking sibuknya sampai ia bangun pagi jam5 pagi, tancap gas menuju kantor pukul 5.30, olahraga selama 1 jam lalu sarapan, lalu membaca laporan kantor cabang sebelum pukul 8. Aktivitas hari itu berhenti di pukul 21.00.
Secara umum dan singkat, berikut diberikan kriteria pemasar versi 2.0(dikutip dari SWA Sembada edisi 26/XXV/4 hal 34)
* Sangat bergantung pada notebook dan smartphone. Optimal dalam penggunaan kedua gadget tersebut.
* Bergabung secara intens dengan komunitas media online.
* Mobilitas tinggi, baik di dalam maupun diluar negeri.
* Punya pergaulan dan jaringan global.
* Haus informasi dan pengetahuan baru
* Memiliki blog atau website pribadi
* Terampil dan aktif melakukan riset untuk pengembangan bisnis, karir dan personal branding
* Bekerja tak kenal hari kerja atau hari pekan
* Aktif dan inovatif dalam mencari dan menerapkan terobosan-terobosan pemasaran.
Adapun beberapa tambahan dari menyimpulkan hasil survey yang dilakukan SWA, bahwa pemasar generasi baru ini :
* Mengecek email kebanyakan lebih dari 30 kali dalam sehari (bisa menggunakan fasilitas push email, misalnya).
* Mengikuti milis pemasaran
* Meng-update blog setiap 3minggu sampai sebulan sekali.
* Memiliki komunitas/jejaring online macam friendster, facebook, dan myspace
* Bekerja tak memilih lokasi. Kebanyakan bekerja, baik diluar maupun didalam kantor
* Selalu meng-update ide bisnis baru dan karir, baik dengan browsing di internet, membaca buku-buku pemasaran, mengikuti lokakarya/seminar baik dalam maupun luar negeri, ataupun hanya mengikuti milis
* Dan sering mempresentasikan ide/konsepnya pada orang lain.
Keterlibatan seorang pemasar diluar pekerjaannya yang seabrek dalam kegiatan-kegiatan ataupun mengikuti komunitas seperti motor gede, mobil, kuliner dipercaya sebagai cara mendapatkan ide-ide kreatif dan meneliti sudut pandang orang-orang dalam komunitas tersebut. Jadi, pemasar bukanlah pekerja kantor belaka yang kerja-pulang pukul 8-5 senin sampai jumat. Pemasar jaman sekarang pun harus mau sesekali melihat kondisi pasar yang sebenarnya dengan turun ke lapangan. Dan juga punya mental baja yang tahan penolakan, karena memasarkan produk tidak semudah menyuruh (calon) pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan. Apalagi menjadi pelanggan setia. Dunia seorang pemasar memanglah sangat dinamis.
Kedinamisan dunia pemasaran ini membuat banyak kaum muda seperti tersihir untuk terjun ke bidang ini karena menjanjika karir cerah dan penghasilan bagus (SWA Sembada edisi 26/XXV/4 hal 30:Profesi yang Kian Basah). Namun kaum muda pun harus memiliki modal seperti yang telah disebutkan diatas. Walaupun mungkin dapat dibayangkan beratnya jalan yang akan dilalui, majalah ini menyebutkan bahwa para peserta Young Marketer Award yang diselenggarakan oleh SWA bekerja sama dengan MarkPlus dan Indonesia Marketing Association ini pun rata-rata belajar pemasaran justru setelah memasuki dunia kerja. Jadi, peluang menjadi pemasar pun besar apapun latar pendidikannya. Hanya tinggal menyiapkan diri sendiri untuk menjawab tantangan sebagai pemasar.
Kenapa penulis membuat artikel ini? Ada beberapa hal yang mendasari penulis menuliskan hal ini. Pertama, karena isi artikel majalah SWA yang menarik, dinamis, menantang membuat penulis dapat menghabiskan hampir semua(termasuk iklan) materi majalah dalam 2 hari(efektif 4 jam). Dunia bisnis memang sangat dinamis. Agak bertolak belakang dengan kehidupan penulis yang agak monoton. Setelah membaca majalah tersebut, serasa kita bisa menggenggam dunia dengan kemampuan sendiri. Penulis juga berkeinginan untuk berbagi ilmu yang sedikit ini bagi teman-teman yang ingin menjajal dunia pemasaran. Hal ini penulis lihat dari rubrik Klasika Kompas yang berisi lowongan kerja yang banyak sekali menuliskan lowongan Management Trainee ataupun tenaga pemasaran. Walaupun pada entry level, hal-hal berikut sangat berbeda, namun jika prinsip-prinsip diatas sudah terpatri dalam prinsip, hal-hal ini yang bisa mengantar kita sukses di tingkat yang lebih tinggi. Jadi, walaupun materi majalah ini lebih cocok untuk para manajer, namun apa salahnya jika kita tahu duluan? Hal ini pula yang disadari penulis, karena lowongan pemasaran inilah salah satu lowongan yang dapat dijajal lulusan matematika (karena mencantumkan “untuk semua jurusan”). Karena tidak semua lulusan matematika bekerja dibidang matematika. Jadi, siapkah menerima tantangan menjadi pemasar?
Blog ini adalah cuplikan kisah sehari2 yang sempat tertulis. Demikian pula dengan beberapa pemikiran ataupun "ilham" yang menyambangi...
08 Januari 2009
03 Januari 2009
Comment for an article..
here is a comment for
a friend's article
Have u seen a programme "Vue du ciel"?
In one occasion, they told us the story about the scarcity of water especially in the middle east as it lies a lot of desserts. But, it is amazing to found out that there were ruins found in one of their desserts. It is said that it is the ruins of a city. A merchant city(city of trading) to be exact. And due to its scarcity for water, they made a policy to use it wisely together, free of charge. Imagine, suppose you have to share your water for other people to take a bath, feed their sheeps, and for wudhu in such places. It is very contrast to Jordan.
In jordan, people have to buy and queue for water. Especially in summer, as the temperature may reach 40 deg Celcius. To overcome such scarcity, the government tried to get water from one of the the river's branch of Jordan river. It implies in the decreasing water level of The Dead SEa..
It is also given that we only use at about 3% of earth's water. Then , Where is the other 97%? such percentage is summarized by the the reserved water into iceberg, oceans, and cave water..
In france, It means "SCenery from the sky(above)"
a friend's article
Have u seen a programme "Vue du ciel"?
In one occasion, they told us the story about the scarcity of water especially in the middle east as it lies a lot of desserts. But, it is amazing to found out that there were ruins found in one of their desserts. It is said that it is the ruins of a city. A merchant city(city of trading) to be exact. And due to its scarcity for water, they made a policy to use it wisely together, free of charge. Imagine, suppose you have to share your water for other people to take a bath, feed their sheeps, and for wudhu in such places. It is very contrast to Jordan.
In jordan, people have to buy and queue for water. Especially in summer, as the temperature may reach 40 deg Celcius. To overcome such scarcity, the government tried to get water from one of the the river's branch of Jordan river. It implies in the decreasing water level of The Dead SEa..
It is also given that we only use at about 3% of earth's water. Then , Where is the other 97%? such percentage is summarized by the the reserved water into iceberg, oceans, and cave water..
In france, It means "SCenery from the sky(above)"
Langganan:
Postingan (Atom)